Peradaban manusia selalu berkembang. Kualitas manusia sekarang lebih baik dibandingkan dengan manusia dulu. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu diantaranya adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Tidak dapat dipungkiri, perkembangan iptek sekarang memasuki tahap eksplosi (ledakan) sehingga tidak mungkin manusia memisahkan setiap bagian kehidupannya dari teknologi. Hal tersebut berlaku juga dalam perkembangan pendidikan.
Kalau kita amati, ada perbedaan yang menonjol antara murid-murid sekarang dengan murid-murid beberapa dekade lalu. Pada zaman sekarang, murid tidak hanya dituntut untuk mendapatkan nilai bagus ataupun life skills (kecakapan hidup) saja, tetapi juga kemampuan berbasis teknologi. Hal tersebut dapat kita lihat dengan dimasukkannya TIK ke dalam kurikulum pembelajaran dan diperkenalkannya metode pembelajaran berbasis e-learning. Bukan hanya itu, sekolah sebagai media pembelajaran harus siap dan mampu menerapkan sistem kurikulum yang berbasis TIK serta mempersiapkan fasilitas yang diperlukan guna mendukung siswanya dalam menguasai penggunaan teknologi. Selain itu, tenaga pengajar juga harus diperkenalkan dengan teknologi sehingga mereka bisa mengarahkan peserta didiknya untuk tetap beretika dalam memanfaatkan teknologi.
Ini adalah salah satu pengalaman saya beberapa tahun yang lalu.Di sekolah saya (sebut saja sekolah X), pihak sekolah telah mempersiapkan anggaran yang tidak sedikit dalam rencana pengadaan laboratorium bahasa. Tentu saja pada saat itu, saya dan teman-teman saya merasa tertarik dan sangat bersemangat. Selama beberapa pekan hal tersebut menjadi bahan pembicaraan semua siswa. Tak sedikit siswa yang tidak sabar untuk segera menggunakan fasilitas yang tergolong mewah itu. Beberapa guru lain masih mempertanyakan tujuan pengadaan fasilitas mewah tersebut dan ada juga sebagian guru yang beranggapan bahwa pengadaan laboratorium bahasa hanya buang-buang uang semata. Pro dan kontra terus bergulir. Sayangnya pengorbanan yang diberikan demi pengadaan fasilitas tersebut tak sesuai dengan hasil yang diharapkan. Hanya segelintir guru yang mampu mengoperasikannya, itu juga setelah mendapat pelatihan khusus dari Dinas Pendidikan. Bahkan dalam praktiknya pun, laboratorium bahasa tidak digunakan dengan seharusnya. Laboratorium bahasa hanya dipakai untuk menonton film di saat guru pelajaran B.Inggris berhalangan hadir. Di lain pihak, kurikulum yang baru diterapkan menuntut adanya praktik penggunaan internet oleh peserta didik. Ironisnya, pihak sekolah telah kehabisan dana sehingga belum mampu menyediakan fasilitas internet gratis bagi anak didiknya. Lantas apa yang terjadi? Akhirnya guru TIK mengambil inisiatif untuk “memboyong” kami sekelas ke salah satu warnet yang berada dekat dengan lokasi sekolah. Tentu saja sehari sebelumnya, sang guru telah mem-booking warnet tersebut terlebih dahulu. Akibatnya proses belajar-mengajar menjadi kurang efisien, karena sang guru tidak dapat mengawasi setiap murid-muridnya. Bukan hanya itu, keberadaan kami yang masih lengkap dengan seragam tentu mengundang perhatian banyak orang. Tapi sang guru tetap antusias dalam mengajar kami. Saya akui hal ini sangat memalukan. Barang mewah yang susah payah diperoleh justru teronggok begitu saja karena ketidakmampuan guru dalam mengoperasikannya.
Tak dapat dipungkiri kecanggihan teknologi memang membawa banyak manfaat khususnya dalam dunia pendidikan. Sekolah seharusnya tidak hanya memfasilitasi anak didiknya dengan alat-alat teknologi saja, tetapi juga harus membekali tenaga pendidik dengan kemampuan untuk menggunakannya. Karena apalah artinya sebuah teknologi tanpa adanya tenaga yang menngoperasikannya. Ibaratnya seperti komputer tanpa adanya software. Sama sekali tak terpakai semahal apapun harganya.
Penulis meminta maaf apabila ada kesalahan teknis seperti pengetikan ataupun ejaan yang dinilai kurang baik. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat memotivasi penulis untuk berkarya lebih baik lagi.
Referensi:
Munir.2008.Kurikulum Berbasis TIK.Bandumg:Alfabeta.
Santrock, John.W.2008.Psikologi Pendidikan Edisi 2.Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar